Seri populer produksi Korea Selatan Netflix, Squid Game kini merilis seri finalnya, musim ketiga. Film ini diproduksi langsung bersamaan dengan musim kedua (back to back) yang digarap oleh sineas dan kreatornya, Hwang Dong-hyuk. Musim kedua dan ketiga mendapat suntikan bujet sebesar USD 68 juta yang ini jauh dari musim pertama, USD 21,4 juta. Ketiga musimnya dibintangi oleh Lee Jung-jae, Lee Byung-hun, serta Wi Ha-joon, sebagai tokoh-tokoh utama. Apakah musim ketiga yang bertotal 6 episode ini mampu menutup serinya dengan gaya berkelas seperti musim pertama?
Plotnya melanjutkan seri kedua yang kisahnya berakhir tragis setelah usaha untuk menerobos paksa dan mengambil-alih pusat kendali permainan berujung gagal. Sang inisiator, Seong Gi-hun (Jung-jae) merasa bersalah dengan kematian rekan-rekannya dalam aksi tersebut, tanpa tahu bahwa In-ho (Byung-hun) sebenarnya adalah dalangnya. Permainan Squid Game pun berlanjut dan kini semakin brutal karena mengharuskan para peserta untuk saling bunuh. Di lain tempat, sang detektif, Hwang Jun-ho (Ha-joon) bersama timnya masih mencari keberadaan pulau misterius. Hal ini diusik oleh sang kapten kapal yang pada akhir seri sebelumnya membunuh seorang pilot drone yang menemukan lokasi pulau tersebut.
Plotnya menyambung kisah musim sebelumnya yang tentu bisa membuat penonton kewalahan jika belum atau tidak mengingat episode klimaks terdahulu. Idealnya, kita harus me-refresh dengan menonton seri musim sebelumnya. Jika tidak, detil cerita dan latar tokoh bisa jadi terlewat, tetapi inti cerita tetap bisa kita pegang. Begitu permainan berjalan dan intensitas drama meningkat, kisahnya bisa dipahami dengan baik. Secara umum, permainan di musim ketiga memang jauh lebih menegangkan, dengan dua permainan akhir yang menegangkan. Permainan lompat tali nyaris memiliki ketegangan yang sama dengan “jembatan kaca” di musim pertama, hanya berbeda aturan main.
Semua permainan seri musim ketiga, kini bukan lagi tentang kerja tim, ketrampilan tangan, atau kecermatan otak, tetapi lebih ke fisik dan mental. Untuk pertama kalinya (selain gim final musim pertama), aturan permainan mengharuskan peserta untuk membunuh peserta lain. Ini yang membuat pesan tentang “sisi manusiawi yang telah hilang” menjadi terasa gamblang dan tidak lagi sekadar metafora seperti musim pertama. Satu hal yang sesungguhnya menjadi moral value dalam seri ini.
Permainan Squid Game sesungguhnya adalah sebuah tes yang memperlihatkan sisi manusiawi yang hilang dalam tekanan situasi maha hebat. Manusia dapat melakukan apa saja demi untuk menyelamatkan hidupnya dan segepok uang. Sosok Gi-hun, kini bukan lagi kompas moral bagi kisahnya karena sang tokoh berubah sikap sejak ia menginisiasi rekan-rekannya untuk mengambil alih pusat kendali permainan di akhir seri sebelumnya. Poin kisahnya menjadi absurd dan lepas kendali. Momen emosional yang sepatutnya dirasakan pada momen klimaks menjadi terasa samar. Satu subplotnya juga memberi pesan yang mengusik, apakah untuk alasan menolong orang (berbuat baik), menghilangkan nyawa orang lain bisa dibenarkan? Ataukah manusia sejatinya adalah makhluk yang absurd? Ini tentu bisa menjadi perdebatan panjang.
Walau sedikit perbaikan dari musim sebelumnya, tetapi Squid Game S03 tetap saja tidak mampu menebus dosa seri S02, di mana pencapaian keduanya terlalu inferior dibanding musim pertama. Squid Game musim pertama adalah mahakarya dan salah satu seri terbaik yang pernah diproduksi dengan pesan begitu mendalam. Di era membludaknya franchise dalam 2-3 dekade terakhir ini, mustahil untuk tidak melanjutkan serinya dengan segala capaian suksesnya. Franchise adalah salah satu cara paling aman dalam industri film masa kini. Kabarnya, spin-off versi baratnya akan diproduksi akhir tahun ini.
Seri Squid Game hanya segelintir contoh kasus franchise yang akan terus dilakukan dalam beberapa dekade mendatang. Ini mengapa, begitu penting peran pengamat dan kritikus film untuk menjaga pengembangan estetika dalam medium film dari masa ke masa. Franchise ibarat Squid Game bagi seni film yang berkembang dinamis. Pembuat film akan melakukan cara apa pun agar filmnya sukses dan yang menjadi korban terbesar adalah medium film itu sendiri.
The post Squid Game S03 | REVIEW appeared first on montasefilm.
Walau sedikit perbaikan dari musim sebelumnya, tetapi Squid Game S03 tetap saja tidak mampu menebus dosa seri S02, di mana pencapaian keduanya terlalu inferior dibanding musim pertama.
The post Squid Game S03 | REVIEW appeared first on montasefilm. montasefilm